live edgy live colour

live edgy live colour

Tuesday 26 July 2011

Ikat+ Lurik

Ikats & Lurik : lurik-pedan.blogspot.com








pixiemarket.com
lotushaus.typepad.com
lotushaus.typepad.com


electric feathers. ohjoy.blogs.com

By : Of Two Minds. habitude.typepad.com.
fabsugar.com.au
The Sass and Bide designers on fabsugar.com.au.

Tenun Ikat 

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah.
Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya sudah diberi motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna.
Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Kain gringsing dari Tenganan, Karangasem, Bali adalah satu-satunya kain di Indonesia yang dibuat dari teknik tenun ikat ganda (dobel ikat).[1]
Kain ikat dapat dibedakan dari kain songket berdasarkan jenis benang. Songket umumnya memakai benang emas atau perak. Motif kain songket hanya terlihat pada salah satu sisi kain, sedangkan motif kain ikat terlihat pada kedua sisi kain.

Oshima ikat is a uniquely Japanese ikat, The Cambodian Ikat, Thailand, South and Central American.

As of 2010, the government of the Republic of Indonesia announced it would pursue in 2011 UNESCO Intangible Cultural Heritage accreditation for its ikat weaving, along with songket, and gamelan having successfully attained this UNESCO recognition for its wayang, batik and the kris.









No comments:

Post a Comment